Mercedes Mendapat Perstujuan untuk Tes Self-Driving Level 4 di Tiongkok
Mercedes-Benz telah mendapat persetujuan di China untuk menguji kendaraan otonom Level 4 di jalanan tertentu, menjelang rencana Tesla meluncurkan Full Self-Driving (FSD) tahun ini.
Produsen mobil tersebut mengumumkan persetujuan dari para pejabat di Beijing pada akhir pekan. Yang memungkinkan mereka untuk menguji kemudi otonom Level 4 dimana kendaraan “melakukan mengemudi untuk sebagian besar skenario tanp pengambil alihan oleh manusia.” Sebagaimana dirinci dalam laporan dari Pos Pagi Tiongkok Selatan. Tes tersebut akan fokus pada manuver berkendara, termasuk memutar balik, berpindah jalur, parkir, bundaran, pintu tol dan banyak lagi.
Persetujuan tersebut menandai produsen mobil asing pertama yang menerima persetujuan tersebut. Dan hal ini terjadi ketika Tesla mengharapkan untuk mendapatkan persetujuan penuh untuk Full Self-Driving (FSD) pada akhir tahun ini.
Mercedes akan Menghadapi FSD Tesla di Cina
Mercedes juga mendapat persetujuan untuk menguji kendaraan otonom level 3 di Tiongkok pada bulan Desember. Dan dikatakan pihaknya menerapkan “strategi risiko minimum” di semua pengoperasian kendaraan yang sepenuhnya tanpa pengemudi.
Selama panggilan pendapatan Tesla pada Q2 2024 bulan lalu. Elon Musk mengatakan bahwa perusahaan tersebut kemungkinan akan mendapatkan persetujuan regulasi. Untuk Supervised Full Self-Driving (FSD) di Eropa dan Tiongkok pada akhir tahun ini. Meskipun kemampuannya akan jauh tertinggal dibandingkan Amerika Utara pada awalnya. Tesla telah memenangkan gelombang persetujuan tentatif di Tiongkok tahun ini. Dan laporan pada bulan Juni menunjukkan bahwa perusahaan tersebut akan menguji 10 kendaraan dengan perangkat lunak Full Self-Driving. Sebelum peluncuran yang lebih luas.
Full Self-Driving (FSD) yang Diawasi Tesla juga umumnya dianggap otonomi Level 2 karena memerlukan pengawasan pengemudi setiap saat. Menurut standar otomasi mengemudi Internasional SAE. Perlu dicatat bahwa FSD yang diawasi Tesla tersedia untuk pengguna dan terus-menerus diuji. Serta dilatih oleh setiap pengemudi yang menggunakan sistem tersebut. Yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan tingkat otonomi yang lebih tinggi.
Silahkan cek juga: Mobil Self-Driving
Menurut SAE, mengemudi otonom atau otomatis Level 3 mencakup kasus di mana pengemudi tidak perlu memantau mengemudi kendaraan. Meskipun mereka mungkin perlu mengambil alih dan mengemudi ketika fitur tersebut diminta. Otonomi tingkat 4 dan 5 dikategorikan sebagai otonomi yang tidak memerlukan interaksi pengemudi sama sekali.
Perusahaan lokal seperti Baidu, Hongqi dan WeRide juga telah disetujui untuk menguji otonomi Level 4. Meskipun Mercedes adalah perusahaan pertama dari negara lain yang mendapatkan persetujuan. Harapan lain mengenai mobil self-driving mencakup usaha patungan antara General Motors (GM) dan perusahaan Tiongkok SAIC. Yang meluncurkan perangkat lunak self-driving Level 2 bulan lalu.
Kolaborasi dengan China, Toyota Hadirkan Mobil Listrik Self Driving
Raksasa otomotif Jepang berencana menghadirkan mobil listrik dengan sistem self-driving atau otonom secara penuh, sehingga mampu mengemudi sendiri. Berkolaborasi dengan produsen teknologi China, Guangzhou Automobile Co.Ltd (GAC) dan Momenta, mobil baru tersebut akan bersaing dengan pabrikan Amerika Serikat (AS), Tesla yang saat ini masih menjadi salah satu pemimpin kendaraan listrik dunia.
Mengutip Electrek, pada hari Minggu 30 Juni 2024, GAC Toyota akan menghadirkannya di 2025 untuk pasar China. Membuat Toyota akan memiliki posisi sejajar dengan Tesla, XPeng, BYD, hingga NIO dalam teknologi pintar terkini.
Perusahaan patungan Toyota itu akan meluncurkan SUV Bozhi 3X pada 2025 sebagai model kendaraan listrik pertama mereka yang menampilkan teknologi otonom. Mobil itu memiliki fitur bantuan pengemudi tingkat lanjut, seperti mengemudi di jalan raya, menghindari rintangan, dan parkir mirip dengan Full Self-Driving (FSD) Tesla.
GAC Toyota dikabarkan juga bekerja sama dengan Huawei untuk menggunakan teknologinya pada sedan listrik bZ3X yang diluncurkan pada Oktober 2022 sebagai EV kedua, bergabung dengan jajarannya di belakang bZ4X.
Teknologi baru itu disebut unik karena Momenta dan Huawei akan menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras, kemudian bersama GAC Toyota bekerja sama untuk mengintegrasikannya.
Toyota juga mengungkapkan rencananya untuk merilis baterai iron phosphate lithium pada 2027 yang dapat memangkas biaya produksi sebesar 40 persen dibandingkan dengan bZ4X saat ini. Setelah penjualan mobil turun 22 pesen di China selama empat bulan pertama 2024, Toyota berupaya memperbarui mereknya dengan teknologi baru yang lebih kompetitif.
Setelah penjualan mobil turun 22 pesen di China selama empat bulan pertama 2024, Toyota berupaya memperbarui mereknya dengan teknologi baru yang lebih kompetitif.
Mobil Tesla Alami Kecelakaan dalam Mode Self-Driving, 1 Orang Tewas
Sebuah mobil Tesla Model S 2022 mengalami kecelakaan maut ketika sedang dalam mode Full Self-Driving. Insiden ini terjadi di Washington, Amerika Serikat dan menewaskan seorang pengendara sepeda motor.
Penyidik dari Washington State Patrol mengonfirmasi bahwa kendaraan tersebut sedang beroperasi dalam mode self-driving berdasarkan data yang diperoleh dari perekam data kejadian mobil.
Kecelakaan tersebut terjadi pada 19 April di sisi timur State Route 522, sekitar 24 kilometer timur laut Seattle. Pengemudi Tesla, yang tidak disebutkan namanya, mengakui kepada polisi bahwa ia sedang menggunakan mode self-driving pada Tesla-nya dan sedang melihat ponselnya saat kecelakaan terjadi.
Lalu, kendaraan tersebut menabrak bagian belakang sepeda motor dan menjepit pengendara sepeda motor, Jeffrey Nissen (28), di bawah kendaraan. Paramedis menyatakan Nissen meninggal di tempat kejadian.
Reaksi Elon Musk
CEO Tesla, Elon Musk, telah berjanji untuk membuat mobil otonom selama bertahun-tahun. Namun, janji-janji ini disertai dengan berbagai masalah keselamatan kendaraan.
Senator Ed Markey dan Richard Blumenthal mendesak Komisi Perdagangan Federal (FTC). Untuk membuka penyelidikan terhadap praktik iklan. Dan pemasaran yang menyesatkan dari Tesla untuk mode Autopilot dan Full Self-Driving.
Tahun lalu, Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) menarik lebih dari 2 juta kendaraan Tesla karena kekhawatiran tentang kurangnya perhatian pengemudi selama mode Autopilot.
NHTSA menyimpulkan bahwa sistem keterlibatan pengemudi Tesla yang lemah tidak sesuai dengan kemampuan pengoperasian Autopilot yang permisif dan mode Full Self-Driving tidak cukup memastikan bahwa pengemudi tetap fokus pada tugas mengemudi.
Sementara itu, The Wall Street Journal melakukan investigasi terhadap mode Autopilot Tesla menggunakan data dari kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan.
Investigasi ini menemukan bahwa Tesla telah melaporkan lebih dari 1.000 kecelakaan kepada NHTSA sejak tahun 2016. Dari 222 kecelakaan yang dianalisis, 44 kecelakaan terjadi saat kendaraan dalam mode Autopilot.
Menariknya, kecelakaan di Washington ini hanya selang beberapa hari sebelum NHTSA menyimpulkan . Tinjauan yang menghubungkan 14 kematian akibat 13 kecelakaan dengan kendaraan Tesla yang beroperasi dalam mode Autopilot. Meski Elon Musk telah menjanjikan satu juta taksi robotik pada tahun 2019, inisiatif ini masih tertunda karena perubahan desain.
Persaingan dan perkembangan teknologi self-driving terus berkembang, namun keselamatan tetap menjadi perhatian utama. Insiden seperti kecelakaan di Washington mengingatkan kita akan pentingnya regulasi yang ketat dan pengawasan yang lebih baik terhadap teknologi yang masih berkembang ini.
Tesla dan perusahaan otomotif lainnya perlu memastikan bahwa sistem kemudi otomotasi mereka tidak hanya canggih tetapi juga aman bagi semua pengguna jalan.